Kamis, 16 April 2015

MUHAMMAD YAZID NAZIRI History

In My Place, In My Place
Were lines that I couldn't change
I Was Lost, Oh Yeah
I Was Lost, I was Lost
Crossed lines I shouldn't have crossed
I Was Lost, Oh Yeah...

Lantunan lagu COLDPLAY-IN MY PLACE yang satu ini yang slalu membuat aku slalu sadar bahwaku sedang tersesat namun aku tak pernah tau bagaimana caranya untuk dapat arah agar mendapati jalan keluarnya.
Saat ini mungkin aku sedang Stres atau apalah karna kebingungan yang amat sangat dalam menjalani kehidupan saat ini, kejenuhan yang amat mudah ku rasakan, kelelahan dalam diri baik itu tenaga maupun pikiran, entah itu dari pekerjaan ku atau aktifitasku, apalagi yang namanya asmara, entahlah...
Posisiku saat ini bukan kemauanku, keadaanlah yang memaksaku harus seperti ini,
Dijauhi kerabat karna tak ada kabar, tidak bisa melanjutkan kuliah, setiap hari slalu melihat ketidakserasian dalam kehakikatan didalam rumah dan sebagainya.
Sebelum aku lulus dari PonPes aku bertekad ingin menjadi Guru Agama suatu saat nanti setelah aku lulus dari Pon Pes dan otomatis harus lulus dari perkuliahan karena saat itu aku merasa miris sekali melihat tatanan akhlak generasi muda yang terus merosot karena ilmu agamanya tidak meresap kedalam hati, panggilan jiwa ibaratnya. namun ketika pendaftaran PTUN di Ponpes saat itu ternyata aku dikabari kalau orangtua ku saat itu tak bisa membiayai jika kuliah nanti, ya mau gimana l
agi, harusnya aku bisa belajar bersama lagi dengan teman-temanku selepas lulus dari ponpes ternyata tak seindah diharapkan, lalu ketika itu selepas ba'da Isya aku dipanggil oleh Kepala Sekolah dengan teman partnerku Fauzi didalam masjid, aku dan fauzi ditanya kenapa kalian tak melanjutkan ke perkuliahan?, aku jawab seadanya bahwasanya keadaanlah yang harus seperti ini dan temanku fauzi pun menjawab hampir sama denganku,yang menjadi pertanyaan dalam hati saat itu dan sampai saat ini ke kepala sekolah ialah kenapa yang dipanggil hanya aku dan fauzi saja? sedangkan yang tak melanjutkan kuliah bukan hanya kami berdua saja, sampai saat ini aku masih penasaran dan sayangnya aku belum menyempatkan waktu ku saat ini untuk bersilaturahmi ke keluarga besar ponpes, terutama Abuya, semoga diberikan panjang umur dan keadaan sehat selalu agar dapat selalu membimbing dan menyirami bibit bibit generasi muda yang berakhlaqul karimah dan agar dapat berjumpa dengan alumni sepertiku. Alumni yang gagal. Amin Ya Rabbal 'Alamain...

Setelah lulus dari Ponpes adalah awal bagaimana benar-benar mengambil sebuah keputusan, mengambil langkah-langkah jitu agar tak tertinggal oleh orang-orang yang telah meraih kesuksesan,mencari sebanyak mungkin pengalaman-pengalaman hidup yang nyata, keputusanku yaitu bekerja, mencari uang untuk kelangsungan hidup diri sendiri dan tiga adik yang masih bersekolah, adikku yang pertama saat ini sudah SMA, adikku yang kedua SMP, dan yang bungsu SD, aku bertekad di sisa umurku sebelum berkeluarga yaitu pertama menyekolahkan setinggi-tingginya adik-adikku dan jangan sampai terlintas dibenak mereka dalam masalah keuangan.kedua mengembangkan usaha ibuku sebagai tukang jahit pakaian menjadi usaha tukang jahit pakaian dan menjual segala perlengkapan alat-alat jahit menjahit, membuat sebuah butik dari hasil karyanya dan menjadi pusatnya menjual bahan-bahan pakaian di Tangerang Barat khususnya, karna kita tahu terkadang warga sekitar atau kabupaten Tangerang harus berbelanja ke Pasar Lama Kota Tangerang atau langsung ke Tanah Abang Jakarta, dan  maka dari itu, dari aspek itulah yang membuat sebuah peluang usaha menjadi besar.
Aku kesana-kemari mencari lowongan pekerjaan, tak lama aku mendapat pekerjaan di sebuah pabrik plastik injection di jatake, namun tak lama juga bekerja disana karena tak mempunyai keterampilan untuk bekerja memegang cutternya.aku bekerja di pabrik itu hanya sepuluh hari.
Lalu, aku mencari lowongan pekerjaan lagi, sangat sulit sekali mencari pekerjaan, ada dua faktor yang membuatku sangat sulit. pertama, memang di Negara kita ini sedang mengalami Krisis Lowongan Kerja terlebih lagi di daerah Jabotabek,sudah penuh semua, makanya orang-orang sekarang yang berkeinginan menjadi buruh tenaga kerja harus rela ke wilayah lain semisalnya ke Karawarang dan sebagainya. Kedua, masalahnya ada di diri sendiri yaitu aku berkacamata, mataku sudah minus 3,5 dan tak pernah lepas dari kacamata minus, makanya banyak juga pabrik atau perusahaan menolak orang yang sedikit ada cacat sepertiku.
Namun tak lama kemudian, Uwa saya mengajakku ke Cikokol katanya ada Bos yang lagi butuh bagian Administrasi dikantornya, nah, pekerjaan ini yang kutunggu-tunggu, ya setidaknya dikantor gitu walaupun kantornya rumah yang dikontrakin, ada AC nya, kerjanya didepan komputer, ga terlalu capek kaya di pabrik sebelumya. Namun ternyata Bos nya itu masih saudara denganku, jadi aku punya uyut, uyut aku punya anak, anaknya uyut punya anak, berarti kan cucunya uyut, dia punya suami bos aku, begitu..ngerti kan, hahaha. ga ngerti juga gapapa bukan keluarga Loh ini. hahaha.
Okeh, aku kembali bekerja sebagai bagian admin di perusahaan jasa konstruksi, namanya CV. Daya Bangun Kertaraharja. Awal kerjanya sih santai, disuruh rapih-rapihin bon-bonan belanja doang, kadang kalau bosnya keluar di siang hari, aku malah tidur siang, maknyoss... tapi capeknya tuh pulang perginya, bayangkan pulang pergi dari pasarkemis-cikokol tiap hari senin s/d sabtu, pegelnya...
Sebulan kemudian akhirnya aku punya gaji, pas itu aku yakin gajian aku sampai 2 jutaan (waktu itu UMR masih 1,4 jt)kan kantoran kan, eh pas diliat, ya ampun... jauh dari harapan, ga mau nyebutin angkanya lah, saking sediihnya...tapi dengan gaji segitu, biasalah gaji pertama bagi-bagi sebagai tanda syukur.disitu kebanggaannya.
Setelah itu, beberapa bulan kemudian, aku mulai kebingungan karena harus memgoperasikan komputer, hanya sedikit yang aku bisa karena ketika aku bersekolah jarang sekali diajarkan, dan sedihnya aku bekerja dengan kemampuan pas-pasan hanya sendiri tidak ada rekan seperti kantor-kantor lain pada umumnya. Otomatis aku harus otodidak, tak ada tidur siang ketika kerjaan tengah lengah, aku berusaha utak-atik semampuku, sedikit sedikit aku mulai terbiasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar